Subscribe:

Ads 468x60px

Sabtu, 03 Maret 2012

MANCHESTER UNITED

George Best 

Klub Manchester United tentu menghormati para pemain legendarisnya. Bobby Charlton adalah pemaian United dan kapten timnas Inggris yang pertama kali menjuarai Piala Dunia di Stadion Wembley pada 1966.






Bukan saja United yang menghormati Charlton, tapi kerajaan Inggris menyematkan gelar “Sir” kepada legenda hidup MU ini. Demikian halnya dengan pelatih “sepanjang masa” Alex Ferguson yang terus menjadi arsitek MU sejak 1986 hingga sekarang.

Kendati berkebangsaan Scotlandia, Ratu Elizabeth bermurah hati memberinya gelar “Sir” tak lama setelah United meraih “treble winner”, juara Liga Inggris, juara Pila FA dan Juara Liga Champions Eropa pada 1999.

Sir Alex sukses mengubah MU menjadi klub raksasa di Inggris dengan pemain-pemain yang fantastis. Gelar juara mulai sering disikat MU, ketika Alex memboyong pemain Leeds United temperamental Eric Cantona. Cantona menjadi figur sentral permainan. Alex dan Cantona menjadi energy revolusi permainan United.

Tapi yang paling legendaris dari para pemain United sepanjang masa adalah si urakan dan hedonis George Best. Penggemar MU dilarang melupakan pemain yang meninggal pada usia relatif muda, 59 tahun (pada 2005) dan didera macam-macam penyakit akibat suka nenggak alkohol sejak jadi pemain fantastis di MU.

George Best mewarisi darah Irlandia Utara yang suka memberontak. Ia lahir pada 22 Mei 1946 di Belfast dan masuk menjadi skuad MU pada usia yang sangat muda. Ketika ia mencapai 31 international cap di MU, usianya bahkan belum genap 18 tahun. Selama 11 tahun di MU, George Best yang biasa bermain di sayap atau gelandang itu, tercatat telah bermain 466 pertandingan dan mencetak 178 goal fantastis.

Best tak diragukan masuk dalam jajaran pemain MU yang paling berbakat yang berhasil memenangi Liga Champions dua kali pada 1960-an, termasuk Piala Eropa pada 1968. Yang paling fantastis ketika ia berhasil mengocek bola sendirian dan bikin gol di berbagai pertandingan.

Kelak Best bercerita, ketika itu dia berebut bola dari kiper Benfica, Portugal. Bola melayang di atas garis di bawah mistar, Best menyetopnya sambil menjatuhkan diri di rumput dan menyundul bola sambil tiduran ke gawang Benfica. Kalau bukan pemain jempolan dan punya nyali, nggak bakal berani berdemontrasi sesirkus Best. Apalagi ini pertandingan besar.

Setelah lima tahun memainkan sepakbola yang bikin penonton menarik nafas dan berdecak kagum, pada 1968 Best terpilih sebagai pemain terbaik se-daratan Eropa dan pemain terbaik di Inggris. Pada tahun ini pula, Best tercatat sebagai top scorer dengan 28 gol. Pada empat musim berikut, Best tetaplah top scorer liga Inggris.

Gol-gol Best yang terekam di televisi Inggris seperti ketika ia lari dan mendribble bola dengan memesona dan menceploskannya ke gawang Sheffiled United, atau Chelsea atau Westham atau lob-nya yang aduhai ke gawang Tottemnham Hotspurs.

Gol-gol Best itu menjadi klasik dalam khazanah sepak bola Inggris. Bahkan pada 1970, ia melesakkkan enam gol ketika MU membantai Northampton dengan skor 8-2. Inilah gol terbanyak yang dijaringkan pemain United dalam sebuah pertandingan sepanjang masa.

Pada Usia 55 tahun (pada 2001) , pemain legendaris Manchester United yang flamboyant, terlihat lebih tua daripada usianya. Ia kelihatan sangat capek, hampir tak ada bekas sebagai pemain legendaris United yang gagah dan banyak mencetak gol serta digilai groupies (cewek-cewek penggemarnya).

Ia masih dalam pemulihan kesehatan akibat menenggak terlalu banyak alkohol persis musisi rock pada masa itu. Ia juga mudah jatuh cinta dan tidur dengan banyak model dan seleb. Ia hampir tewas pada usia 54 tahun (Ia meninggal pada 2005)

Di sebuah hotel mewah di Belfast, kampung halamannya, ia mau sedikit memanjakan diri yakni dipijit. Ia mengendari mobil kesukaannya, sebuah Mini Cooper yang juga dipakai Mr Bean (Rowan Atkinson). “Mobil ini mainan George sekarang, “ kata Alex, isterinya, ketika itu.

“Saya tak pernah sebahagia ketika main bola,” katanya dalam suatu kesempatan curhat, “Dan saya tidak pernah berfikir tanpa main bola. Saya suka banget pada momen itu, ya rasanya hampir sempurna,” imbuhnya.

George yang pernah berjaya menjadi bintang MU, tiba-tiba meninggalkan United dan ingin bermain di sejumlah klub abal-abal di Inggris, Amerika dan Australia. Hidupnya serba tak karuan, tapi rasa humornya tetap tinggi dan tetap slengekan.
Berikut sejumlah cuplikan wawancara dari banyak penggemarnya yang pernah dimuat majalah bola Four Four Two, Inggris pada 2001.


























0 komentar:

Posting Komentar